sharing is caring

Makalah I'rab fii Ulumul Qur'an

B. Pengertian I’rabul Qur’an Kata I’rab (إعراب) secara bahasa memiliki arti “baris” atau juga “harakat”, sebenarnya kata harakat ini juga berasal dari bahasa arab hanya saja sudah diserap kedalam ejaan bahasa indonesia. Adapun pengertian i’rab menurut ilmu nahwu yaitu : تَغْيِيرُ اَوَاخِرِ الكَلِمِ لِاخْتِلَافِ العَوَامِلِ الدَاخِلَةِ عَلَيهَا لَفْظًا اَوْ تَقْدِيرًا Artinya : berubahnya (harokat) akhir suatu kata yang disebabkan adanya beda-bedanya ‘amil yang masuk pada kalimat tersebut, baik dalam segi lafadznya atau pun kira-kiranya. Jadi, yang dimaksud dengan i’rab itu adalah harakat akhir pada sebuah kalimat dalam bahasa arab. Adapun kalimat yang berubah-ubah akhirnya itu dinamakan “Mu’rab”. Ada lagi istilah lain dalam bahasa arab yaitu Mabni. Mabni adalah suatu kalimat yang tidak akan berubah harokat akhirnya. Dalam bahasa arab banyak di sekali di temukan suatu lafadz yang mempunyai makna dan saling berlawanan, yang mana perbedaan keduanya hanya terletak pada harokatnya saja, seperti pada lafadz جِلسَة dengan memberi harokat pada huruf jim nya dan pada lafadz جَلسَة dengan memberi harokat pada huruf jim nya. Lafadz yang di sebutkan pertama mempunya makna cara, ragam atau kebiasaan duduk sedangkan lafadz yang kedua mempunyai arti persidangan. Demikian juga lafadz ضُحَكة yang mendhomahkan huruf ض dan memfathah kan huruf ح yang berarti seorang laki-laki menertawakan orang lain secara berlebihan.dalam hal ini Shighot yang digunakannya adalah Shighoh mubalaghah (berlebih-lebihan). Berbeda dengan lafadz ضُحْكة dengan mendhomah huruf ض dan mengsukun huruf ح yang berarti oarang yang menjadi bahan tertawaan. Pengetahuan mengenai masalah ini sangant lah penting, dikarenakan dengan ilmu ini pula bisa dapat di ketahui beberapa makna-makna yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dalam sebuah riwayat hadis di jelaskan bahwa mempelajari ilmu ini sama dengan mempelajari Al-Qur’an. Dalam hal ini Imam Al-darimi telah meriwayatkan dari ‘Umar bin al-Khathab yang mengatakan bahwa: Pelajarih struktur bahasa (al-lahn), ilmu faroidh, dan sunnah sebagaimana kalian mempelajari ilmu al-Qur’an. Bahkan seorang dengan sengaja membaca surah QS.al-Hasyr(59) ayat 24 yang berbunyi:                      Artinya: “Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Al-Hasyr59/24) Dan tanpa memperhatikan ilmu ini bisa menjadikan nya kafir. Kekufuran tersebut, sebenarnya hanya lebih di sebabkan oleh kesalahan di dalam memberikan harokat, seperti firman Allah ta’ala diatas seandainya lafadz (المصوّر) dengan memberi tanda fathah pada و nya maka akan sangat signifikan sekali perubahannya yaitu ‘yang terbentuk’ yang dalam hal ini sangat tidak munkin terjadi pada Allah. Oleh karena itu sangat pentingnya ilmu ini, maka menjadi keharusan seseorang yang hendak memahami al-Qur’an untuk mempelajarinya terlebih dahulu. Dengan ilmi ini dapat di ketahui seluk-beluk al-Qur’an dan menjauhkan dari kekeliruan, juga dapat diketahui struktur bahasa al-Qur’an, apakah menggunakan struktur al-jumlah al-islamiah (kalimat nominal) atau mengunakan al-jumlah al-fi’liah (kalimat verbal), dan lain sebagainya. Di riwayatkan dari Yahya bin ‘Atiq.ia berkata kepada Hasan: wahai Abu sa’id bagaimana jika ada seseorang yang mempelajari bahasa arab yang dengannya ia ingin dapat membaca dan mengucapkan bahasa arab dengan baik?”. Lalu Hasan menjawab: “Hai anak saudaraku, pelajarilah bahasa arab, sebab seseorang yang membaca ayat al-Qur’an dan mengetahui seluk beluknya, maka ia tidak akan keliru. Seoarng yang mengkaji kitab Allah dan berusaha untuk mengungkap rahasia-rahasianya hendaklah ia mengkaji bentuk-bentuk kalimat dan juga kedudukannya masing-masing, apakah ia berstatus sebagai mubtada’, khabar, fail, maf’ul, mabadi’al kalam (permula’an kalimat), su’al wal jawab (soal dan jawab), dan lain sebagainya C. Pembagian I’rab beserta tanda-tandanya Seperti yang telah dijelaskan di atas tadi, I’rab adalah perubahan harkat pada akhir kata yang disebabkan oleh amil-amil yang masuk. Jadi perubahan harkat disini ada 4 macam, yaitu rafa, nashab, khafadh dan jazm: 1. I'rab Rafa' I'rab atau perubahan jenis ini memiliki empat tanda, yaitu dhammah, wawu, alif dan nun. Dalam matan al-Ajrumiyah dijelaskan sebagai berikut: للرفع اربع علامات الضمة و الواو و الف و النون "I'rab rafa' memiliki empat tanda, yaitu; dhammah, wawu, alif dan nun." a. Dhommah Contoh: جَاءَ زَيْدٌ (Zaid telah datang) b. Wawu Contoh: الزَّيْدُوْنَ قَائِمُوْنَ (Zaid-zaid itu berdiri) c. Alif Contoh: الزَّيْدَانِ قَائِمَانِ (Dua Zaid itu berdiri) d. Nun Contoh: يَفْعَلَانِ (Mereka berdua sedang melakukan) 2. I'rab nashab I'rab nashab mempunyai lima tanda, yaitu fathah, alif, kasrah, ya dan menghilangkan huruf nun yang menjadi tanda i'rab rafa'. Dalam matan al-Ajrumiyah disebutkan sebagai berikut: و للنصب خمس علامات الفتحة و الألف و الكسرة و الياء و حذف النون "I'rab nashab mempunyai lima alamat, yaitu: fathah, alif, kasrah, ya dan menghilangkan huruf nun yang menjadi tanda i'rab rafa'." a. Fathah Contoh: عَرَفْتُ زَيْدًا (Aku telah mengenal Zaid) b. Alif Contoh: عَرَفْتُ اَخَاكَ (aku telah mengenal saudaramu) c. Kasrah Contoh: عَرَفْتُ المُعَلِّمَاتِ (Aku telah mengenal guru-guru wanita) d. ya' Contoh: رَاَيْتُ الزَّيْدِيْنَ (Aku telah melihat Zaid-Zaid) e. menghilangkan huruf nun(hazhaf nun). Contoh: لَنْ تَفْعَلِي (Kamu seorang perempuan tidak akan dapat berbuat) 3. I'rab Khafadh I'rab Khafadh memiliki tiga tanda, yaitu kasrah, ya dan fathah. Berikut contoh-contohnya. a. Kasrah Contoh: مَرَرْتُ بِزَيْدٍ (Aku bersua dengan Zaid) b. Ya’ Contoh: مَرَرْتُ بِزَيْدَيْنِ (Aku telah berjumpa dengan 2 Zaid) c. Fathah Contoh: مَرَرْتُ بِأَحْمَدَ (Aku telah bersua dengan Ahmad) 4. I'rab Jazm I'rab Jazm memiliki dua alamat, yaitu sukun dan membuang(hazaf). a. Sukun Contoh: (لَمْ يَكُنْ) (لَمْ تَفْعَلِي) (لَمْ يَضْرِبْ) b. membuang nun tanda rafa' Contoh: (لَمْ تَفْعَلُوْا) (لَمْ تَفْعَلِي) (لَمْ يَفْعَلَا) c. membuang huruf illat Contoh: (يَخْشَي) ditambah lam menjadi (لَمْ يَخْشَ) (يَرْمِي) ditambah lam menjadi (لَمْ يَرْمِ) file lengkap download di sini

Ditulis Oleh : Rise of Kingdom Indonesia

Nanda Zulvi Rahman Artikel Makalah I'rab fii Ulumul Qur'an ini ditulis oleh Rise of Kingdom Indonesia pada hari Kamis, 24 November 2016 pukul November 24, 2016. Terimakasih atas kunjungan Anda pada blog ini. Kritik dan saran tentang Makalah I'rab fii Ulumul Qur'an dapat Anda sampaikan melalui kotak komentar dibawah ini. Bagi kawan yang ingin mengcopy paste atau menyebar-luaskan artikel ini arahkan kursor ke link berikut lalu tekan ctrl+c
Recommended Posts × +

0 komentar:

Posting Komentar